Friday, January 27, 2017

Dedicated For You "Pratu Heru Oktavianus"

Pemuda gagah ini bernama Heru Oktavianus. Anak bungsu dari Bapak Hasan Basri dan ibu Sumarni Basri. Dia adalah adik saya satu satunya. Hari ini tepat 4 tahun yang lalu, dia meninggalkan kami selama lamanya karena ditembak mati oleh seorang polisi bernama Wijaya. Uji balistik dan reka ulang proses pengadilan menyimpulkan, Heru yang sedang mengendarai motor dengan kecepatan rendah ditembak dengan senjata api dari jarak kurang dari 5 meter. Peluru menembus leher dan mengenai jantung sehingga Heru tidak tertolong.

Menurut si Wijaya ini, dia mendengar ada yang meneriaki "polisi gila" dari arah jalan dan langsung menembaki adik saya. What a fool statement, karena jika dia berakal sehat tentunya tidak sembarangan menembakkan senjata api. Dan karena kebodohannya akhirnya menghilangkan nyawa orang lain. PR bagi POLRI untuk bisa meningkatkan kompetensi bagi pemegang senjata. Uji psikologi yang jauh lebih ketat jangan sampai orang yang memiliki ketidakstabilan emosi memegang senjata api.

Saya kenal betul dengan adik saya, dia bukan tipikal anak pencari masalah, tak akan mengganggu jika tak diusik.

Si Wijaya ini berusaha menghilangkan jejak, tapi ternyata tidak berhasil. Dia berhasil diringkus tak kurang dari 24 jam setelah kejadian. Adik saya pada saat kejadian tidak menggunakan pakaian dinas, tapi begitu melihat identitas korbannya baru dia sadar yang ditembak matinya adalah seorang anggota TNI.

Berdasarkan kronologi yang saya dapat dari pihak TNI Armed, Malam itu adik saya dalam perjalanan pulang ke camp batalyon, dan kebetulan lewat di depan pos polisi. Si Wijaya ini terkenal polisi pemalak, banyak pengakuan dari sopir antar lintas sumatera yang pernah dipalak yang bersangkutan. Entah setan apa yang merasuki otak kotornya malam itu, entah uang panas masih kurang hingga kepalanya panas dan akhirnya melakukan pembunuhan terhadap Heru.
Proses pengadilan terhadap kasus ini awalnya berjalan sangat lambat. 40 hari setelah kematian adik saya, belum ada kejelasan kasus sama sekali. Hal ini akhirnya memicu kemarahan dari teman teman seperjuangan heru. Tangal 7 maret 2013 lalu, tepat di 40 hari heru berpulang sekitar 1 kompi pasukan mendatangi polres OKU Sumsel, tapi karena mereka tak mendapatkan jawaban yang memuaskan akhirnya berujung ke pembakaran polres OKU. 1 jam setelah polres OKU terbakar salah seorang teman heru mengirimkan gambar kantor polisi yang sedang dibumi hanguskan "ini jawaban dari tuntutan kami kakak, untuk heru"

Tapi media massa menggoreng kejadian ini menjadi persoalan lain. Bahkan salah satu anggota DPR yang "have no brain, aslinya ga tau apa apa tapi sok berkomentar" mengatakan bahwa pembakaran itu terjadi karena kecemburuan sosial dari TNI ke POLRI karena gaji POLRI lebih besar. Sangat memperlihatkan kapasitas otaknya yang tidak seberapa itu karena pernyatannya yang asal bunyi, tanpa tahu dan tak ingin tahu fakta dibalik kejadian yang sebenarnya. Ya.. pembakaran kantor polisi itu murni karena "Jiwa Korsa" prajurit TNI yang tidak merelakan kasus yang menimpa teman mereka hilang begitu saja. Dan mereka berhasil. Im appreciated for their effort, their solidarity, their attention. Setelah peristiwa itu, penyelidikan kasus menjadi sangat intensif dan akhirnya jatuh vonis dari PN 13 tahun penjara tapi entah kenapa bisa turun di Mahkamah Agung untuk 10 tahun penjara,. Ya begitu lucu negeri ini, satu nyawa hilang sebanding dengan kurungan 10 tahun penjara saja. Its so funny.

Halo Wijaya... Anda berhasil menorehkan luka yang sangat dalam bagi orang tua saya. Dan apapun usaha anda untuk meminta maaf, tak akan pernah ada maaf untuk anda. Orang tua saya sudah berdamai dengan keadaan tapi tidak dengan memaafkan anda. Satu lagi, jangan coba bermimpi bahwa orangtua saya akan bisa menganggap anda "anak pengganti" seperti surat yang anda layangkan ke alamat rumah kami. Tidak akan pernah bisa karena adik saya, seorang anak yang baik, bukan tukang palak, bukan pembunuh. Tolong camkan itu. So, tidak usah anda datang lagi ke keluarga kami, berkirim surat, menghubungi orang tua saya dsb. Tidak usah. Silahkan nikmati saja hari hari anda dipenjara. Jikalau anda suatu saat nanti bebas, tolong jangan hubungi kami karena toh "maaf" itu tidak akan pernah anda dapatkan. Anda berhasil membuat ibu saya menjadi trauma dan berpesan kepada saya bahwa cucu cucunya tak ada yang boleh menjadi seorang tentara.

Dear Heru.. Saya kakak kamu, ibu dan ayah kita tidak pernah sedetik pun melupakan kamu. Kamu selalu menjadi adik terbaik buat saya, anak yang bisa dibanggakan oleh orang tua kita. Saya tidak pernah menyangka bahwa adik kecil saya yang terpaut umur 6tahun dengan saya akhirnya memilih dan memutuskan akan menjadi seorang tentara. Kamu adik saya yang dulu sangat manja dengan ibu kita akhirnya berani untuk keluar dari zona nyaman kamu dan mau menempuh pendidikan yang tidak terkira kerasnya. Im so touched when you told our mom "ma, kalo ga inget mama sama ayah, mungkin aku udah kabur dari masa pendidikan ini". Dan akhirnya kamu melewati masa pendidikan dengan sangat baik, kamu berhasil mewujudkan cita cita kamu. Empat tahun masa pengabdian kamu terhadap negara ini. Empat tahun berpindah pindah tempat. Menjadi ajudan, turun ke masyarakat dalam program membangun desa. Teringat waktu kamu cerita "sekarang aku udah jadi supir truk, angkut angkut barang ke desa desa pas ada pembangunan" Im so excited to heard it. Semua itu adalah bentuk pengabdian kamu untuk negeri ini. Walau kamu berjuang bukan di masa perang.

Saya tahu dan sangat percaya kamu bersih, tidak seperti yang dituduhkan si Wijaya. Saya yakin kamu murni korban ketololan si wijaya. Namamu akan tetap harum buat kami. Namamu tetap akan saya kenalkan sebagai om terbaik buat anak anak saya.

Rest in Peace, my dear. 
Al-Fatihah
__,,__

1 comment:

  1. Sedih Baca nya Un... Semoga dilapangkan Kubur nya Un...

    ReplyDelete